KISAH YANG TAK (PERNAH) SEMPURNA
Kisah
ini bermula ketika sya masih dibangku semester awal, tepatnya dikampus
peradaban yang terletak diantara kota bumiayu dan ajibarang. Dimana kampus itu
merupakan masih muda umurnya, karena baru diresmikan atau dilegalkan diakhir
bulan desember tahun 2016 yang mana sebelumnya masih perguruan tinggi, dimana
hanya tersedia fakultas keguruan (FKIP) dan fakultas ekonomi (FEB) yang
kemudian bertranformasi menjadi universitas sehingga yang dulunya keduanya
dterpisah menjadi satu. Hehehe demikian sekedar memperkenalkan kampusku.
Eliza ulvasari namanya atau sering
dipanggil eliza, anak dari desa cirumnyang,bumiayu. Anaknya cantik dan bagus
dibidang akademis lebih tepatnya dibidang ilmu hitung terlihat dia mengambil
jurusan pendididkan matematika (PMAT), Saya sendiri mengambil pendidikan bahasa
inggris (PBI). walaaupun kami berbeda
jurusan itu tidak membuat saya dan dia terpisah
karena ada beberapa matakuliah (MK) yang mengharuskan kami berada
didalam satu kelas sehingga intensitas pertemuanku dengannya masih ada walaupun
tidak setiap hari. Salah satu matakuliah yang mengharuskan kami dalam satu kelas
adalah psikoklogi pendididkan yang pada waktu itu diajar oleh pak irham. Pada
saat itu beliau (pak irham) mengajarkan kami materi tentang long term memory dan short term
memory atau ingatan jangka panjang dan pendek. Kemudian pak irham sebelum
memberikan langsung materinya dengan metode ceramahnya, seperti biasa beliau
mengajak kami kami berinteraksi untuk memancing anak- anak supaya aktif.
Kebetulan pada waktu itu dia (eliza) ditunjuk pak irham untuk menyebutkan nomor
teleponnya yang kemudian ditulis oleh beliau dipapan tulis, disela-sela beliau
menuliskannya dipapan tulis secara diam –diam saya mencatat juga dibuku. Tujuan pak irham adalah ingin mengetahui
seberapa kuat hafalan ataua bagaiamana metode menghafal kami, kemudia beliau
meambagi nomor tersebut kadang menjadi tiga bagian atau lebih banyak, tindakannya
adlalah untuk langsung mempraktekkan materi yang akan beliau sampaikan.
Mungkin dari sekian banyak mahasiswa
hanya saya yang mencatat nomornya, padahal saya belum kenal dia karena hari itu
adalah awal kami kuliah setelah sebelumnnya melakukan kegiatan perkenelan
kampus atau lebih dikenal dengan masa prabakti mahasiawa (mapram). Kemudian
malamnya saya langsung menyapa dia lewat sms...
(bersambung)