Rabu, 12 April 2017

KISAH YANG TAK (PERNAH) SEMPURNA


KISAH YANG TAK (PERNAH) SEMPURNA
Kisah ini bermula ketika sya masih dibangku semester awal, tepatnya dikampus peradaban yang terletak diantara kota bumiayu dan ajibarang. Dimana kampus itu merupakan masih muda umurnya, karena baru diresmikan atau dilegalkan diakhir bulan desember tahun 2016 yang mana sebelumnya masih perguruan tinggi, dimana hanya tersedia fakultas keguruan (FKIP) dan fakultas ekonomi (FEB) yang kemudian bertranformasi menjadi universitas sehingga yang dulunya keduanya dterpisah menjadi satu. Hehehe demikian sekedar memperkenalkan kampusku.
            Eliza ulvasari namanya atau sering dipanggil eliza, anak dari desa cirumnyang,bumiayu. Anaknya cantik dan bagus dibidang akademis lebih tepatnya dibidang ilmu hitung terlihat dia mengambil jurusan pendididkan matematika (PMAT), Saya sendiri mengambil pendidikan bahasa inggris (PBI).  walaaupun kami berbeda jurusan itu tidak membuat saya dan dia terpisah  karena ada beberapa matakuliah (MK) yang mengharuskan kami berada didalam satu kelas sehingga intensitas pertemuanku dengannya masih ada walaupun tidak setiap hari. Salah satu matakuliah yang mengharuskan kami dalam satu kelas adalah psikoklogi pendididkan yang pada waktu itu diajar oleh pak irham. Pada saat itu beliau (pak irham) mengajarkan kami materi  tentang long term memory dan short term memory atau ingatan jangka panjang dan pendek. Kemudian pak irham sebelum memberikan langsung materinya dengan metode ceramahnya, seperti biasa beliau mengajak kami kami berinteraksi untuk memancing anak- anak supaya aktif. Kebetulan pada waktu itu dia (eliza) ditunjuk pak irham untuk menyebutkan nomor teleponnya yang kemudian ditulis oleh beliau dipapan tulis, disela-sela beliau menuliskannya dipapan tulis secara diam –diam saya mencatat juga dibuku.  Tujuan pak irham adalah ingin mengetahui seberapa kuat hafalan ataua bagaiamana metode menghafal kami, kemudia beliau meambagi nomor tersebut kadang menjadi tiga bagian atau lebih banyak, tindakannya adlalah untuk langsung mempraktekkan materi yang akan beliau sampaikan.
            Mungkin dari sekian banyak mahasiswa hanya saya yang mencatat nomornya, padahal saya belum kenal dia karena hari itu adalah awal kami kuliah setelah sebelumnnya melakukan kegiatan perkenelan kampus atau lebih dikenal dengan masa prabakti mahasiawa (mapram). Kemudian malamnya saya langsung menyapa dia lewat sms...

                                                                    (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar